sifat hakikat dalam bukti

kalau berani hidup,
di situlah akan adanya mati..
kalau bersenjatakan roh,
peperangannya ialah ajal.

Saturday, 30 April 2011

Dikau kembali kepada Kekasihmu..

perjanjian terucap...
di dalam hakikat alam sebenarnya alam...
Dikaulah Kekasihku..
aku akan setia menjulang CINTAMU..
tidak akan ku kuburkan cinta ini...
dan berserilah cinta itu..
terkumat-kamit dengan pujian yang nyata...
dasar pada sifatku mengagungkan asal yang tak pernah mati..
Dikau mengutus rindu dengan belai KASIH yang tidak layak untuk gunung...
Dikau mengutus SAYANG dengan matlamat sebenar kehidupan..
sampai ketika, aku lupa...
lupa pada janjiku...
mengunjung RUMAHMU KEKASIH..
aku lupa jalan pulang itu...
PUJUK RAYUMU aku biarkan berlalu...
aku lupa...
aku adalah wayang yang dihidupkan..
diberi penghormatan di dalam hakikat alam sebenarnya alam...
sampai saat,Dikau datang menjengukku dengan  belaian MalaikatullahMU
aku sebenarnya MILIKMU...
kini aku pulang ke rumah itu...
pulang dalam keadaan dikotori dengan nafsu...
berjasadkan roh milikMU...
alam itu bukti PENYAKSIANku...
DIKAULAH YANG HAQQ tapi aku membatilkan..
DIKAULAH YANG MAHA BENAR DALAM KUDDUS...
mengangkat yang MEMULIAKAN..
mengadili yang menyesatkan...

Thursday, 28 April 2011

aduhai ibu....

ibu mengandung sembilan bulan...
lebih dan kurang tak ditentukan...
lahirkan dikau...
berapa kekurangan...
berpantang pula...
minum dan makan...
sampai waktu dan juga masanya..
lahirlah engkau ke dalam dunia...
dicurahkan pula...
kasih dan sayangnya..
untuk melihat engkau bahagia...
harap ibumu..
bukan sedikit...
tinggilah harap darinya bukit...
lama ibumu...
merasa sakit...
sembilan bulan tidak berbangkit......
keramat kasih sayangmu...


buat bonda..kekuatan daku sumber cahayamu...

itulah cerita hari itu....

senyumanmu menahan sakit...
aku tidak mesra denganmu...
sekadar mengucup hormatmu ketika saat perlu berlalu...
tapi senyuman bukanlah palsu...
itulah cerita hari itu...
keningmu tidak berupa lagi...
rambutmu menilai jasad...
dagingmu pasrah padamu...
rawatan itu menyentakkan hatiku...
kau berubah sebenarnya...
itulah cerita hari itu...
ketawamu tiada lagi...
suaramu luntur tiada kekuatan..
hanya bibir tersuap sedikit percakapan halus...
kering merekah dan berkeping-keping...
aku tidak mampu senyum untukmu...
itulah cerita hari itu...
hari ini kibaran jangtungku bersepai...
kau telah menjauhi semuanya yang ada...
kau tidak mahu senyum untuk bercakap lagi..
kau diamkan nafasmu...
tiada kedengaran sengsaramu...
hakikatnya kau telah bersemadi..
pergi meninggalkan kami...
tiada yang mampu aku beri...
sebagai daging yang jauh memerhati..
kutulis kata-kata air mata ini mengenangmu...
dalam tatihan doa lemahku buatmu..
semoga sempurna jalanmu tanpa berliku..
menuju TUHAN yang satu...


AL-FATIHAH..
selamatlah dikau ZULKIFLI BIN MOHD menuju perjalanan kepada Tuhanmu...kami iring doa tulus buatmu..semoga Allahta'ala memandangmu dengan Kasih Sayang...mendakapmu seiring perjalanan orang yang cinta kepadaNYA...insyaAllah...

Wednesday, 27 April 2011

kaca yang kau pijak bukan air..

hati yang kau kenal bukan duri...

tapi hati itulah sebenarnya hati...membenarkan apa yang kau cari...

mendalami apa yang kau sembunyi...

tapi ludahan itu sudah bernadi...

berdegup dalam gurun yang berpasirkan debu benci....

Kerajaan Hati “Raja itu Hati”


Di situ,maka hiduplah segenap pengkhianatan...
Berteleku bagai kesudahan tanpa noktah...
Memuja pada rajuk yang dipanggil penafian...
Tapi...hanya diam bertelingkah usul yang tak bersifat seragam...

hancur setiap zarah kudus...
Namun,madah tetap ketawa...
Ketawa untuk rasa yang kecewa...
Raja tetap raja...
Bermukim sebagai kegagalan yang tak pernah menang..
Padahal ‘kau bersembunyi di dalam aku’

Dan tumbuhlah..
Bangkitlah kemurungan..
Perjalanan itu dalam hakikat setia...
Kerana raja telah tersungkur dalam setia yang menjunam...

bisikan raja bergetar...
penyertaan pada percaya itu terlalu terdongak
sedangkan dongakan itulah cahaya kebusukan...

sembunyinya engkau di dalam aku
bermakna engkau hidup di dalam aku..
engkau menghayati apa yang aku perhati...
engkau kebumikan rasa gembiraku..
setelah aku pertaruh apa yang engkau
inginkan...

dalam daging yang terlindung..
pertelingkahan jasad dengan rohani bedarah lagi
darah yang dilihat madu
darah yang ditafsir berbau
untuk perasaan yang terlampau lunak...
lunak dengan perhiasan zalim dan kejam..

berlabuhlah...
berderailah..
runtuhlah..
binasalah... kehidupan yang dipupuk mati...
menjemput kepulangan sebuah imaginasi...
maka
terlihatlah darah dalam daerah kemusnahan..
diratah oleh kecewa yang menjadi..
mukaddimah segenap sesal...


lemahkkah aku tanpa kekuatan???
terbuangkah aku kerana silap???
adakah itu kemahuan???
tapi tak pernah aku dambakan...
suramnya mentari akhir petang..
indahnya bulan pertengahan malam...
namun dada langit selalu indah...
lenyapnya gelombang itu,merampas ketenangan...
aku wujud sebagai insan biasa...
yang berlabuh mimpinya dalam lena...
tidak unik dan tak juga berharga...
tapi nilai kejadian tetap ada..
jika aku selalu menduga,
ketahuilah itulah harga untuk jiwa yang ketara....
kepercayaan itu hilang dipujuk penipuan...


rindunya aku pada zaman terdetiknya permulaan...

tapi landasan itu dicoret khianat...

aku merasa letih...
dan ingin kembali....

kerana hari selalu luntur...

malam sentiasa berlangit...

tidurlah aduhai kenangan...

walaupun senyummu selalu di bulan...

hakikatnya membiaskan kesakitanku di laut hitam yang dalam...

aku ingin pulang

di mana pun aku berdiri...
kaki itu tetap kakiku...
di mana pun aku melihat..
pandangan itu cahaya dari mataku...
berdentum bintang berkedip..
aku masih di sini...
mencatur mencari kata-kata..
untuk ku luah...
namun...
lihatlah...
aku terdampar dan luka...
aku menangis putus asa...
dengarkanlah....
jeritan dari dalam jiwa....
aku ingin pulang.....

Hari Lahirmu aku hiba

hati berkata-kata..
mencari diri yang berperasaan..
sayup di ingatan,dikau hadir dalam kata-kataku..
hari ini dikau,hidup...
bersama kerutan milik kalbu...

hati berkata-kata...
mencari kepingan tulisan untuk dikongsi...
dalam situasi penuh kedukaan bagiku di sini...
hari ini,dikau hidup...
namun daku jauh merantau dunia harapanmu...

hati berkata-kata...
daku sayu,merenung kening hiasan wajahmu...
lorong duka milikmu,tak menyugulkan  semangatmu...
dalam sekeping gambar,itulah jasadmu..
duhai pemimpinku,dikau senikan nasihat dan tanggungjawab...
sebagai pematang perjalananku...

hati berkata-kata...
baitnya dengan air mata...
tidak pernah berulas kucupan sebagai tanda...
daku ucap untukmu..
penghuluran risaumu,dengan nada senyum dan siaga..
dakapmu pada tubuhku..hangat dengan harapan...

di sini sisiku,adalah kekuatan darimu...
detakan setiap jariku di sini...
melakar jutaan sayang...
terserlah siung di wajahku,itulah kasih..
buatmu seorang yang berjasa...
daku selitkan sejuta penghormatan...
dalam diri wujud diri...
bercantum diri lahirkn diri..
di sinilah diri yang terpisah zahir,mempamer wujudnya rohani yang bersatu hati...
SELAMAT HARI LAHIR AYAHANDAKU..
(HASHIM BIN AWANG,28 APRIL 1948)

kepada semua sahabatku,saudara jauh dan dekatku,hayatilah...cahaya kasih itu indah....salam istimewa kepada semua mereka yang bergelar bapa.....

Tuesday, 26 April 2011

dendam tak berkesudahan

Terdetik halus..pemujaan kebangkitan ilham..dalam terbujur
bagai mayat tak berperasaan..
masih Menggulung keserasian dengan keji dan bungkam...
Menerima kekotoran sebagai cuahan perkara  yang harus diselesakan..
Tiada teguran penyeka kemegahan..
Namun itu adalah senjata murahan milik syaitan..
Dendam cinta yang tak berotak..
Dendam rindu yang tak bertapis..
Dendam nafsu yang bermatakan perbuatan..
Dirosakkan oleh dendam tak berkesudahan... 

tabir maknawiyah

Renunglah erti ksih sayang pd wajah pucat derita terbayang
Sembunyikan resah seorang ibu meniti hari dan nasib yg belum tahu

Tataplah makna pengorbanan pada pilu sumur hati dihijab riang...

Merawat gelisah seorang ayah di gelap malam dilena yang ayah

Singkaplah tabir maknawiyyah takdir, hidup itu adalah ranjau yg ditakdir

 hakikat kasih sayang dan pengorbanan adalah redha dan Rahmat dari Tuhan....

langkah sebuah kehidupan.

ku seperti langit hitam...

tak berwarna bercahaya..

menumpangmu...

untuk terang,selamanya...

kau seperti gerak hidup...

mengajarku erti terang...

aku lihat...engkau hidup...

dalam hatiku...

tersebarlah segenap sayap...

berenang merentas awan..

dengan rantai segenap kasih..

dengan tali bersirat sayang...

lalu gugur di perukan lembah duka...

terkuburlah sebuah kelemahan..

dengan ajukan gempita bahagia...

namun,berkias memaksa luka...

dan lapuklah setiap pengorbanan..

dengan bisikan seperti aubade di tengah hari....

candanya tiada indah seperti layaknya ia digurindamkan...

hilangnya sebuah destinasi...

Terserap semua semangat
semua tak terhias...
selimutkan bayang-bayang hitam...
sembunyikan....
terlangkahkah aku dari sini...
aku tak pasti...
aku tak ingin pergi...
sungguh hakikat aku terbuang...
dalam petunjuk yang tak berhati...
aku hiba...
aku kecewa...
bagai aku tak berharga pada sesiapa...
gentarlah seluruh sendi ku...
pijakanku berlapikkan hati sendiri...
tapaknya melekat,menyiratkan darah yang pekat..
bagai puisi tanpa kata-kata...
bagai langit tidak berwarna..
bagai laut tidak berair...
bagai batu tidak keras...
gerhananya hatiku, patah berulit kesah...
diamkan matamu...


pejam bibirmu...


ketap lidahmu...


tegapkan pendengaranmu...


dengarlah ucapanku...dalam ucap itu bukan kata2 tp bayang yang tak


 hidup tapi memiliki roh...


turunkn ke hati dan hayati...


walaupun tidak didengar,memadailah utk mmahami.. .

Monday, 25 April 2011


                                                                                                                                                                                                                                                                                         Dan aku tetap ingat...
Kau ceritakn padaku
Tentang kisah perang dua hati..
Aku terpersona...
Tapi hatiku menangis...
Namun  aku tetap ingat...
Kau bisikkan padaku
Cerita tentang keluarga yang hilang..
Aku hayati...
Tapi hatiku  berteriak...
Namun aku tetap ingat...
Kau catitkan semua puisi..
Dalam sebuah buku...
Dengan cetusan tandatanganku..
Aku terharu..
Hatiku rebah...
Namun aku tetap ingat..
Kau cipta binaan pasir
Pada cebisan pakaianku..
Aku terhibur...
Hatiku melutut..
Namun aku tetap ingat...
Kau rendangkan wajahmu
Dengan kerutan seribu air mata..
Hatiku gementar bersalah..
Namun aku tetap ingat...
Aku memandang buku ku..
Di situlah terdampar senyumanmu...
Dan kau menghilang selalu..
Menghilang untuk hadir...
Menyesakkan perkara yang aku tak mampu...
Dan aku tetap ingat...
Dan hari ini aku masih terlontar..
Dalam pandangan langit yang kau gumpal..
Dalam renyai hujan larianmu..
Pada sebatang ranting pujaanmu..
Pada kepingan kuku hiasan jariku..
Di situ aku tak mampu lari dari masa silamku...
 

MAHKOTA BUMI BERDARAH






Lihatlah senyuman dalam kerut itu..
Namanya ialah nyawa...
Lihatlah larian kecil itu...
Namanya ialah jasad...

Saat bertatihnya keringat di bingkai badan
Wajah anak-anak itu redup...
Merenung terjahan tanpa makrifah...
Bukan mutmainnah dalam terjahan itu..
Tetapi rakus dalam hasad...

Lantas... Anak-anak kecil itu bercerai badan...
Menjadi santapan dalam dulang setiap letupan...
Di mana hakikat sebenar diri manusiamu?????
Yang hakiki hatimu berbicara...
Nafsi...nafsi...nafsi...

Kau siat daging bumi dengan
Kepandaian politikmu...
Dan... mangsanya????
Ialah kehidupan yang tertanam...

Kau bedil setiap pelosok tanah tandus...
Kau hias dengan senyuman peluru yang lapar...
Kau serikan pula dengan kematian...
Indahnya lukisan dunia yang kau lakar...

Gua panjang penderitaan setia mengelilingi
Udara yang mereka hirup adalah jalan perang
Lukisan kepedihan dipahat pada roh yang pergi...
Mengertikah engkau tentang semua itu???
Masih nafsi...nafsi..nafsi...

Jeritan anak kecil kau rebat...
Ketakutan mereka kau dendami...
Ketawa mereka kau rampas...
Bumi mereka kau hanguskan...
Merekah hati mereka kau diamkan
Dengan bangga dan kekuatan....

Wahai anak kecil...
Tiada waktu tidur untukmu...
Tiada waktu ketawa untukmu...
Tiada malam untukmu...
Ibumu sudah tersungkur dalam genggaman kematian...
Tidak berharganya sebuah kehidupan bagi jiwa kotor...

Akhirnya kelihatan...
Rupa berdengkur anak kecil itu..
Hakikatnya diam tanpa roh...
Senyuman tanpa pudar si kecil itu...
Hakikatnya ialah mati...

Satu hari...
Dalam saat pengetahuan terjulang...
Jiwa anak-anak itu akan sempurna...
Kamil dalam membina...
Tidak lagi merengek sebagai boneka perang...
Tidak lagi menjadi anak pelarian...
Dan waktu itu...
Mati itu ditajalikan..
dalam redup wajahnya...
mati itu sebuah tidur yang panjang...
Amanah yang dijunjung akan diperjuang...
Tiada mati..
kerana hidup untuk mati...
Dalam mati itu hakikat hidup...
Dan...
Mahkota itu milik kami
Anak-anak yang berdarahkan dendam...